Kata ‘tabebuya’ sebenarnya adalah singkatan dari “tacyba bebuya“, kata tersebut berasal dari Bahasa Brazil. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, maka “tacyba bebuya” artinya adalah “semut kayu”.
Selain memperindah tata kota, pohon tabebuya juga mampu membersihkan udara dari polutan yang berbahaya. Bentuk tanaman yang dijuluki pohon sakura tropis yang eye catching ini juga menjadi salah satu alasan mengapa pohon ini ditanam di kawasan perkotaan.
1. Batang
Tabebuya merupakan kelompok tumbuhan besar dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 5 meter bahkan 50 meter. Batangnya berwarna cokelat dan kulit batangnya agak terkelupas. Daun tabebuya berjenis majemuk, pada setiap tangkai daun mempunyai sekitar 3 sampai 7 helai daun.
Meskipun memiliki batang dan daun majemuk, bagian paling mendominasi dari pohon ini adalah bunganya. Bunga pohon tabebuya memiliki bentuk menyerupai terompet dan bunga sakura di Jepang, sehingga juga kerap disebut sebagai bunga sakura dan bunga terompet.
2. Bunga
Bunga tabebuya tumbuh secara bergerombol pada satu tangkai dengan warna yang bervariasi. Mulai dari kuning, oranye, pink muda, pink tua merah, magenta, dan putih. Warna ini tergantung jenis spesies dari pohon tabebuya. Panjang bunga antara 3 cm hingga 11 cm.
3. Buah
Selain bunga, pohon ini juga menghasilkan buah yang berbentuk tabung mengerucut. Panjang buah tabebuya sekitar 10 cm sampai 50 cm. Setiap buah menyimpan biji yang cukup banyak yang berguna untuk regenerasi dan perbanyak.
Ada banyak manfaat dari pohon tabebuya yang membuatnya layak untuk ditanam di lingkungan sekitar. Manfaat tersebut tidak sebatas jasa lingkungan berupa penjernihan udara, tetapi juga khasiat lain untuk mengobati beberapa jenis penyakit.
Berikut ini adalah manfaat tanaman tabebuya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Menjernihkan Udara
Pohon tabebuya mempunyai kemampuan dalam menyerap senyawa karbon yang berbahaya bagi manusia. Senyawa ini biasanya terdapat di udara yang terdapat polutan dari asam kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, penanaman pohon tabebuya di pinggir jalan, hutan kota maupun sarana umum lainnya dapat bantu membersihkan udara yang tercemar oleh polusi.
2. Mengobati Penyakit
Ada banyak jenis penyakit yang bisa diobati dengan memanfaatkan bagian tumbuhan tabebuya, misalnya saja penyakit malaria. Pohon tabebuya mempunyai kandungan naphthoquinone, yaitu zat antimalaria. Kandungan ini terdapat pada bunga tabebuya yang mampu meningkatkan imunitas dan mencegah terjadinya infeksi. Bunga tabebuya juga sering dimanfaatkan untuk mengobati luka pada tubuh. Selain itu, dapat juga digunakan untuk membantu menurunkan demam dan mengatasi anemia. Hal itu dikarenakan bunga pohon tabebuya mampu meningkatkan pasokan sel darah merah di dalam tubuh. Penyakit flu juga dapat diobati menggunakan akar tabebuya. Akar pohon yang telah kering dapat dijadikan sebagai bahan baku teh tahibo. Meski rasa teh ini dikenal tidak enak, tetapi mampu menghilangkan flu terlebih ketika musim dingin melanda.
3. Menjadi Tanaman Hias
Meskipun tergolong ke dalam tumbuhan berpohon besar, pohon tabebuya cocok untuk dijadikan sebagai tanaman hias di rumah, taman, dan tempat lainnya. Keindahanya akan terlihat ketika musim kemarau, karena bunga dengan aneka jenis warna akan bermekaran dan memenuhi pohon ini.
4. Pupuk Alami
Ketika musim kemarau, jumlah bunga yang dihasilkan pohon tabebuya sangat berlimpah, sehingga sayang jika dibiarkan begitu saja. Bunga-bunga tersebut dapat diolah menjadi pupuk kompos. Caranya cukup mudah, kita bisa mengumpulkan bunga yang telah berjatuhan, kemudian diamkan hingga membusuk selama beberapa hari. Hasil pembusukan tersebut selanjutnya dapat kita taburkan di sekitar tanaman agar tumbuh subur.
Tabebuya adalah tumbuhan asli Brazil yang telah tersebar ke seluruh dunia, terutama di daerah beriklim tropis hingga subtropis. Pohon ini tumbuh di negara-negara Amerika, seperti Argentina, Meksiko, Bolivia, dan Suriname Selatan. Nama ‘tabebuya’ pertama kali digunakan oleh Augustin Pyramus de Candolle sebagai nama generik pada tahun 1838. Selanjutnya, Britton kembali menggunakan istilah ‘tabebuya’ yang sebelumnya juga digunakan pada tahun 1876 oleh Bentham dan Hooker.